Cay Indra and his fresh thoughts.

Wednesday, January 05, 2005

Antara Singapura dan Jakarta

Banyak banget orang-orang di Indonesia yang pengen ke luar negeri. Sampe ada yang rela bayar berjuta-juta demi kerja di negeri orang. Contoh paling gres adalah sepupu gue yang bela-belain bayar hampir 50 juta buat ngurus visa kerja di Amerika, dan di sana cuma jadi pelayan di hotel. Beberapa orang yang gue temui di sini, juga nggak keberatan kerja jadi pelayan warung burger McDonalds di sini, "asal kerja di luar negeri Mas."

Di sisi lain, sebagian besar orang Singapura juga beranggapan kalo kota mereka adalah kota yang nyaman sekali untuk hidup. Sehingga, terbentuk semacam opini di benak mereka kalo orang-orang Indonesia yang pergi ke Singapura pasti tertarik akan kenyamanan kota ini. Apa lagi yang kurang dari kota ini?

Berarti mungkin gue bakal dianggap aneh sama mereka. Saat ini, gue lagi daftar sebuah kerjaan, yang kemungkinan besar bakal mengalokasikan gue ke Jakarta. Dan pekerjaan semacam ini yang udah gue uber sejak jaman baheula... Dan orang-orang itu akan heran, kenapa gue, yang udah punya ijin tinggal sampe bangkotan di Singapura (dan banyak orang yang mati-matian cari ijin itu tapi nggak dapet-dapet), malah ngebet banget pulang Indonesia.

Kenapa Singapura? Gue udah punya banyak banget temen di sini; Pendapatan gue lebih gede di sini; Karir gue lebih keliatan bakal maju di sini; Peluang buat wirausaha kondusif dan gede; Sarana transportasinya enak; Lingkungannya nyaman dan bersih, kayaknya umur gue bisa lebih panjang di sini.

Kenapa Indonesia? Biaya hidup murah, jadi gue bisa nabung; Banyak makanan enak dan tempat asik; Keluarga gue di sana; Pacar gue di sana; Indonesia adalah rumah gue.

Dan kenyataan bahwa "Indonesia adalah rumah gue" adalah sebuah fakta yang susah banget dijelasin ke orang-orang itu, padahal sekaligus merupakan alasan dominan gue untuk kembali ke sana. Sampai saat ini.