Cay Indra and his fresh thoughts.

Saturday, April 12, 2003

Virus Itu dan Rasio


Fakta 1: Sars itu berbahaya.

Fakta 2: Efek psikologis yang ditimbulkan Sars bisa jauh lebih berbahaya daripada penyakitnya sendiri.

Di satu sisi, sungguh mengagumkan melihat betapa susahnya sekarang cari masker di toko-toko di Singapore. Kalo nggak tinggal nyisa yang kualitas jelek, biasanya jawabnya "no more, please come few days later." Di sisi lain, betapa uniknya melihat kenyataan bahwa di tempat-tempat rawan Sars, kayak di perpustakaan, hampir nggak ada orang yang make masker. Cuma beberapa orang doang yang make masker, dan kalo kita perhatiin, mereka ini adalah sekelompok orang tertentu; specifically: orang asing, termasuk mahasiswa Indonesia.

Cerita lanjutan: Seorang temen Indonesia cerita, kalo dia sampe ditelpon keluarganya dari Jakarta beberapa kali bulan ini (yang sebelomnya cuma satu semester sekali, hehehe...), dan diwanti-wanti supaya make masker. Ada juga temen lain yang sampe punya dua jenis masker, yang satu adalah masker kain biasa, yang satu lagi adalah masker bedah yang katanya super hebat buat nahan masuknya virus, wow... . Alasannya, masker ini dipake karena orang di rumah udah pesen supaya pake masker, melihat keadaan begitu berbahayanya.

Ada pelajaran psikologi yang menarik di sini.

Yang pertama, human is rational. Manusia itu orang yang sangat sensitif terhadap rangsangan informasi terbaru. Kalo loe takut anjing, terus suatu hari elo dibilangin kalo ada anjing gede item nan galak di jalan yang biasa elo lewatin kalo pulang ke rumah, biasanya elo bakal lebih milih jalan pulang yang lebih jauh, ato kalo perlu naek becak ato taksi yang mahal. Napa? Jawabnya jelas, ya karena elo takut anjing dan nggak mau papasan sama anjing itu. Dan itu menandakan elo rasional, dengan adanya informasi baru tentang anjing jelek itu, elo jadi mengambil keputusan yang aman, meskipun kudu nambah kocek ekstra.

Yang kedua, sayangnya, human is boundedly rational. Serasional-rasionalnya seseorang, dia bukan komputer, dia punya keterbatasan mencerna informasi. Dalam kasus si anjing bego tadi, andai elo dikasih 100 informasi tentang anjing itu. Coba diandaikan, semisal elo mencerna ke-100 info ini, maka elo bakal dapet kesimpulan kalo sebenernya anjing bego itu sebenerya nggak bisa ngegigit. Yet, will you bother, atau lebih tepatnya, will you be able to go through all 100 infos and digest it? Kemungkinannya kecil; kemungkinan elo bakal mencomot 3 ato 4 fakta doang, either secara random ato beberapa yang elo yakin elo percaya, dan keputusan lo bakal berdasar info dari 3-4 fakta ini doang, misalnya elo putuskan secara umum berdasar 4 fakta ini atau menurut pengalaman pribadi lo, dan loe mungkin bakal akhirnya tetep kekeuh buat naek taksi. (padahal belom tentu ke-4 info ini representatif).

Apa akibatnya? Kebanyakan orang, yang memang kodratnya nggak mampu mencerna semua info, jadi menarik kesimpulan yang salah. Coba elo baca dua headline koran di bawah:

Sars di Hongkong sudah pada taraf membahayakan, 30 orang korbannya meninggal, satu apartemen dikarantina.

Sars sudah masuk ke Singapura.


Umumnya, orang kalo ngebaca dua headline itu aja, apalagi kalo nggak ngeliat situasinya sendiri, langsung berasumsi "Wah, gila, Sars yang udah membunuh 30 orang dan bikin satu apartemen dikarantina di Hongkong, udah masuk ke Singapore! Ajigile!".

Betapa banyaknya info, misalnya dari media lain, yang terlewat dan nggak keliatan. Misalnya, fakta kalo 80% penderita Sars itu sembuh total, dan sisanya dalam pengawasan, dan cuma 4 orang meninggal di Singapore. Fakta, kalo yang meninggal itu adalah nggak semua, tapi cuma mereka yang dasarnya punya penyakit komplikasi. Fakta juga, kalo penyakit influenza dan muntaber itu memakan korban lebih banyak tiap bulannya dari Sars ini. Fakta lagi, kalo kondisi di Singapore nggak seserem di Hongkong karena pemerintahnya gerak super cepet (hal yang nggak terlalu diketaui orang yang di luar Singapore). Bahkan fakta kalo dua headline di atas itu sama sekali nggak ada hubungannya satu sama lain, dan nggak bisa digeneralisasi seperti itu. Human is boundedly rational to be able to digest all those things into one perfect conclusion.

Well, bukan bermaksud mengesankan kalo Sars ini penyakit anak-anak yang enteng dan nggak bahaya. Morals of the story: (i) Patuhi nasehat orang tuamu :D (ii) Pada saat yang bersamaan, penting juga untuk diskusi dan dialog, berbagi informasi, biar nggak buru-buru menarik kesimpulan yang meyakinkan tapi kebenarannya dipertanyakan. :)

*Terima kasih untuk Prof William Scott buat pelajarannya tentang keterbatasan otak manusia*