Lembaran hitam dunia transportasi tercoreng lagi. Buruknya tingkat kesadaran lalu-lintas, dan minimnya faktor penyelamatan darurat, kali ini dibayar dengan terpanggangnya 50 orang lebih siswa sebuah SMK di Situbondo.
Seperti sebuah skenario dalam pembuatan film yang diulang-ulang: Mobil stunt penabrak berada di lajur yang salah karena mau nyalip; Salah satu atau keduanya berkecepatan tinggi; Seluruh aktor yang berperan sebagai penumpang bis terbakar habis; Aktor pengemudi selamat dengan luka-luka ringan, dan/atau masih dicari-cari polisi; Di akhir adegan, jasad mereka ditemukan berkumpul di bagian belakang, berusaha membuka pintu yang macet.
Betapa tragis membayangkan penghayatan peran di sini: di tengah panasnya api, para korban, dengan pengharapan yang penghabisan, masing-masing hati berdoa dalam tingkat kekhusyukan yang paling tinggi selama hidup mereka, memohon sekelebat keajaiban agar pintu belakang bis dapat terbuka, sekaligus ijin untuk sekedar melanjutkan hidup di bumi. Dan anti-klimaksnya adalah bahwa pintu itu akhirnya tetap tidak bisa dibuka.
Sayangnya, skenario di atas adalah sebuah film kehidupan... *menangis dalam hati*
Cay Indra and his fresh thoughts.